Jumat, 20 Januari 2012

Antara Seribu dan Seratus Ribu




Mungkin kisah atau cerita ini pernah kalian dengar, tapi kali ini saya mau menceritakan kembali. Barang kali salah satu dari kalian belum pernah mendengar cerita ini.


Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda. Uang Rp1000 dan Rp100.000 sama-sama terbuat dari kertas, sama-sama di cetak dan di edarkan oleh dan dari Bank Indonesia. Pada saat bersamaan mereka keluar dan berpisah dari Bank dan beredar di masyarakat. Empat bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tidak sengaja di dalam dompet seorang pemuda. Kemudian terjadilah percakapan, diantara kedua uang tersebut:

Rp100.000; "Kenapa badan kamu begitu lusuh, kotor dan bau amis ?"

Rp1000; "Karena aku begitu keluar dari Bank langsung ditangan orang-orang bawahan, dari tukang becak, tukang sayur, penjual ikan dan ditangan pengemis".

Rp100.000; “Kenapa kamu kelihatan begitu baru, rapi dan masih bersih?”

Rp1000; “Karena begitu aku keluar dari Bank, langsung disambut perempuan cantik dan beredarnyapun di restoran mahal, di mall dan juga hotel-hotel berbintang serta keberadaanku selalu di jaga dan jarang keluar dari dompet.

Rp1000; “Pernahkah engkau mampir di tempat ibadah?

Rp100.000; ”Belum pernah”.

Rp.1000; “Ketahuilah walaupun keadaanku seperti ini adanya, setiap jum’at aku selalu mampir di Mesjid-masjid, dan ditangan anak-anak yatim, bahkan aku selalu bersyukur kepada Tuhan. Aku tidak dipandang manusia sebagai sebuah nilai tapi aku dipandang sebagai sebuah manfaat.


Akhirnya menangislah uang Rp 100.000 karena merasa besar, hebat, tinggi tapi tidak begitu bermanfaat selama ini. Jadi, bukan seberapa besar penghasilan anda, tapi seberapa bermanfaat penghasilan anda itu. Karena kekayaan bukanlah untuk kesombongan. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang selalu mensyukuri nikmat dan memberi manfaat untuk semesta alam serta dijauhkan dari sifat sombong. Aamiin..

1 komentar: